Monday, December 21, 2009, posted by JOHN F.PAPILAYA at 2:05 AM
Dec 5th, 2009 | Rubrik HOME & LIVING, UTAMA
NERACA,Jakarta
Artikel ada di Neraca
K
erusakan lingkungan serta polusi udara semakin merajalela. Untuk itu, sekarang banyak yang lebih peduli terhadap lingkungan, salah satunya dengan membuat taman. Kalau dulu taman biasanya hanya terdapat di halaman rumah, sekarang seiring perkembangan zaman dan keterbatasan lahan, taman konvensional mulai digantikan oleh jenis taman baru yang tak membutuhkan lahan yang luas.

Jenis-jenisnya pun kini berkembang pesat, dari mulai sekedar taman tanaman rambat di halaman rumah, penggunaan taman atap, taman indoor sampai munculnya taman vertikal sebagai solusi keterbatasan lahan. Pemilihan taman untuk lahan yang terbatas menurut arsitek lansekap, Andrew Sucandra, perlu memperhatikan sisi efisiensinya, yakni soal pemilihan desain yang simpel dan berkesan lebih luas.

Menurut John F.Papilaya, arsitek lansekap lulusan Trisakti, dalam memanfaatkan lahan yang terbatas untuk dijadikan sebuah lahan hijau memerlukan kreatifitas dan ketelitian akan detil sebuah rancangan taman. “Secara umum, untuk membuat taman dari lahan terbatas dapat menggunakan skala material lantai taman yang besar, bentuk geometrik yang kuat, tegas, dan sederhana,” katanya ketika dihubungi Neraca melalui surat elektronik.

Taman Atap



Taman atap atau roof garden sebenarnya bukan hal baru di dunia. Sejak abad ke 19, daerah di perbukitan Islandia sudah memakai taman atap. Mereka menanaminya dengan rumput dan dibuat secara sederhana.

Perkembangan taman atap di Indonesia menurut Andrew tidak sepesat di luar negeri, karena pembuatan taman atap yang cukup rumit dan ekstra hati-hati pada konstruksi drainase. “Taman atap rentan terkena berbagai masalah, seperti bocor. Itu juga yang membuat taman atap terhambat perkembangannya karena berbagai pertimbangan untuk membuatnya,” ujar Andrew.

Taman atap sukses membuat bangunan terlihat lebih menarik dan indah dipandang mata. Kehadirannya pun dirasa ekslusif dan bisa menambah nilai properti sebuah bangunan. Tak heran banyak orang yang menyangka membuat taman atap membutuhkan biaya yang sangat mahal. “Untuk taman atap diperlukan konstruksi dak yg drainasenya baik, karena itu harganya cenderung lebih mahal dan biaya pengangkutan tanaman lebih sulit karena ada di lantai atas,” imbuhnya.

John mengungkapkan kalau yang perlu diperhatikan dalam proses desain taman atap yakni konstruksi atap penyangga beban taman serta sistem jaringan drainase aliran air hujan maupun air siraman pemeliharaan taman pada area atap atau dek beton penyangga.

“Faktor ini berakibat langsung pada desain taman dan fungsi dari ruang taman atap yang nantinya akan di gunakan sebagai tempat kegiatan tertentu maupun gaya taman yang akan di rancang,” ujarnya.

Faktor lainnya, masih menurut John, lebih ke desain taman atap di mana kekuatan angin diatas atap lebih kencang bertiup daripada di atas tanah, sehingga dapat menyebabkan robeknya daun tanaman atau kemungkinan tumbangnya pohon karena minimnya area pengikat batang jenis pohon, sehingga diperlukan ketelitian dalam memilih jenis tanaman yang digunakan sesuai dengan kondisi klimatologi area setempat.
Jenis tanaman yang bisa digunakan untuk taman atap menurut John, hampir semua jenis tanaman bisa digunakan sebagai elemen alami. “Malah ada beberapa taman atap yang sudah mempergunakan tanaman buah dalam pot (Tambulapot) sebagai elemen desain taman atap, kecuali jenis pohon besar peneduh dikarenakan besarnya luas area perakaran,” jelas John.

Taman Vertikal
Bagaimana jika rumah Anda hanya memiliki satu tingkat sehingga agak sulit membuat taman atap? Tak ada alasan untuk tidak membuat taman karena taman sebenarnya bisa dibuat dengan berbagai cara, termasuk juga membuat taman secara vertikal.
Manfaat dari taman vertikal ini selain menghemat lahan, sudah pasti mampu mereduksi panasnya matahari, mengurangi tampias hujan ke rumah, meningkatkan kadar oksigen, serta mengurangi kadar polusi suara dan udara pada suatu rumah dan menciptakan iklim rumah yang sejuk.

Perkembangan taman vertikal di Indonesia menurut John memang agak lambat untuk diimplementasikan. “Terkadang hanya dijadikan ‘label’ dari strategi pemasaran untuk mendongkrak penjualan gedung-gedung komersial sehingga terlihat ‘green building’, padahal, tidak ada langkah konkrit dan konseptual,” tuturnya serius.
Lebih lanjut, menurut John, faktor kendala berkembangnya penerapan taman vertikal sebagian besar adalah karena material konstruksinya masih harus didatangkan dari luar negeri. Selain itu, tidak tersedianya elemen tanaman siap pakai di pasaran serta jarangnya sumber daya manusia yang mempunyai pengetahuan dan keterampilan penggunaan teknik taman atap juga menjadi faktor mengapa taman atap di Indonesia telat berkembang.

Taman yang inovatif ini juga berkembang seiring dengan perkembangan tren gedung hijau, walaupun diakui John, sekarang banyak rumah tinggal yang menerapkan konsep taman atap, walaupun memang masih terbatas pada kalangan tertentu saja.
”Kebanyakan sih desain rumah baru atau rumah yang sedang renovasi, karena secara teknik penerapan taman vertikal pada bangunan yang sudah jadi akan memerlukan pembongkaran pada konstruksi dinding-dinding bangunan supaya dapat menahan beban taman vertikal secara keseluruhan,” cerita John.

John menilai, untuk mewujudkan taman vertikal secara utuh, perlu adanya langkah konkrit dari pemerintah dalam hal penyediaan payung hukum tentang masalah arsitektur hijau, pengadaan pelatihan teknologi tepat dan murah bagi penerapan konstruksi taman vertikal dengan tujuan membentuk Indonesia terutama Jakarta menjadi lebih ‘green’ dan manusiawi.

Mengenai tanaman yang bisa digunakan untuk taman vertikal menyangkut tanaman yang akarnya dangkal, misalnya tanaman ground cover (penutup tanah), kucai mini, asparagus, talas-talasan dan lain sebagainya.

Untuk membuat taman vertikal sebenarnya tak berbeda jauh dengan membuat taman konvensional. Yang dibutuhkan hanyalah lahan yang cukup, dalam hal ini lahan pada dinding, yang akan menjadi pengganti lahan tanah untuk ditanami tanaman.
Lahan buatan yang digunakan sebagai taman bisa dibuat dengan berbagai cara, dari mulai dengan menggunakan pipa, susunan konstruksi batu bata, atau hanya tanaman yang dirambatkan saja pada dinding, sampai dengan menggunakan modul HDPE, seperti yang biasa digunakan olah taman vertikal yang berteknologi maju, tergantung konsep taman vertikal seperti apa yang ingin Anda terapkan.

Lahan buatan yang menggunakan pipa PVC memiliki kelebihan praktis dan murah. Proses penanamannya pun mudah, setelah pipa dibelah dan dimasukkan media tanam, pipa PVC hanya tinggal digantung pada rak yang telah disusun.

Sedangkan media tanam yang menggunakan konstruksi batu bata juga menelan biaya murah namun cukup sulit karena harus membangun konstruksi untuk tempat tanaman akan hidup nantinya. Walau minim perawatan, jangan lupa untuk selalu menyiram tanaman secara rutin dan lebih baik menggunakan sistem irigasi tetes agar tanaman mendapat air secara kontinu.

(rezki)


Read more!